Muljana Slamet, 2009. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara. Jogjakarta : LKis. Pigeaud, De Graaf, 1985. Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa: kajian Sejarah Politik Abad ke-15 dan ke-16. seri terjemahan. Jakarta : Grafiti pers. Purwadi, 2010. The History of Javanese Kings-Sejarah Raja-Raja Jawa.
KerajaanSriwijaya – merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang pernah berdiri di Pulau Sumatra. Kerajaan ini terletak di sekitar Palembang, ditepian Sungai Musi, Sumatra Selatan. Berdasarkan sumber sejarah mengenai bukti awal keberadaan kerajaan Sriwijaya beradasa dari abad ke-7, seorang pendeta Tiongkok dari Dinasti Tang, I Tsing,
KerajaanSriwijaya menguasai maritim dan perdagangan di kawasan Asia Tenggara. Nia Kurnia Sholihat Irfan dalam bukunya Kerajaan Sriwijaya : Pusat Pemerintahan dan Perkembangannya menyebut sumber-sumber China mencatat kapal Sriwijaya memiliki panjang sampai 60 meter dan mampu memuat penumpang sampai 1.000 orang. Masa Kejayaan Sriwijaya
Menurutnya Kerajaan Ho-Ling dimungkinkan di tepi Selat Malaka yaitu Semenanjung Selt Malaka. Alasannya, Selat Malaka merupakan selat yang sangat ramai dalam aktivitas pelayaran dan perdagangan saat itu. J.L. Moens diperkuat dengan ditemukannya sebuah daerah di Semenanjung Malaya bernama Kiling. b. Sumber Sejarah
SMA Kelas 11. Sejarah XI. Walaupun masa jaya Kerajaan Islam di Nusantara tidak berlangsung lama, namun tetap memberikan pengaruh besar yang masih bisa kita rasakan saat ini. Bahkan, sekarang Indonesia menjadi negara yang memiliki penduduk beragama Islam terbanyak di dunia. Selain berpengaruh pada kepercayaan masyarakat Nusantara masa itu
Kerajaanmaritim adalah kerajaan yang mengandalkan perekonomiannya dari kegiatan perdagangan dan hasil-hasil laut. D. Sriwijaya berhasil menguasai Selat Malaka yang merupakan urat nadi perdagangan di Asia Tenggara jawaban: e.sriwijaya menjadi kerajaan maritim yang berpengaruh di selat malaka. setau saya ini, maaf kalau salah yaaa
qtMH. – Kerajaan Sriwijaya menjadi salah satu kerajaan besar di Indonesia. Nama Sriwijaya kini sering digunakan dalam berbagai merek dagang, bahkan nama institusi di Tanah Air. Kejayaan Kerajaan sriwijaya di masal lalu tak bisa terlepas dari peran Selat Malaka. Perairan yang memisahkan pulau Sumatera dengan Semenanjung Malaka ini menjadi jalur perdagangan penting sampai saat ini. Baca juga Menelusuri Jejak Sejarah di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya Jalur Sutera maritim Pada masa kejayaannya, Sriwijaya menguasai hampir seluruh wilayah Asia Tenggara, salah satunya adalah Selat Malaka. Dilansir dari “Arti Penting Selat Malaka dan Selat Bangka bagi Sriwijaya dalam Memperlancar Perdagangan antara Mainland china, India, dan Arab” karya Ida Suryani, Selat Malaka disebut sebagai salah satu jalur perdagangan besar di wilayah Asia. Jalur perdagangan pada masa Kerajaan Sriwijaya Selat ini bahkan masuk ke dalam Jalur Sutera maritim yang dilewati para pedagang dari beragam negara. Jalur Sutera maritim merupakan jalur perairan yang dimulai dari China dan Indonesia melalui Selat Malaka dan India. Jalur ini juga menjadi jalan menuju Teluk Persia melalui Syria ke Laut Tengah. Dari sini juga ada yang ke Laut Merah melalui Mesir dan kembali berakhir di Laut Tengah. Baca juga Sejarah Kemunduran Kerajaan Sriwijaya dan Bangkitnya Kerajaan Malayu Selat Malaka, jalur pelayaran dan perdagangan Dalam sejarah kemaritiman, Selat Malaka merupakan jalur pelayaran dan perdagangan yang sangat penting. Selat ini menjadi jalan lintas para pedagan yang melewati bandar-bandar besar di sekitar Samudera India dan Teluk Persia. Selat Malaka disebut sebagai pintu gerbang jalan perdagangan barat dan Selatan Prc. Selat Malaka juga menjadi pintu gerbang dalam jalur perdagangan timur menuju Prc. Perebutan Selat Malaka Sebelum jatuh ke tangan Sriwijaya, Selat Malaka merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Malayu. Selat ini menjadi persinggahan utama dalam jalur pelayaran dan perdagangan antara India dan People’s republic of china. Eddy Purwanto/NurPhoto via Getty Images Candi Muaro Jambi yang menjadi candi perpaduan Hindu-Buddha se-Asia Tenggara juga merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya Peran penting dari Selat Malaka inilah yang dipercaya menjadi motif penyerangan Kerajaan Sriwijaya terhadap Malayu. Meski tak diketahui secara pasti kapan serangan Sriwijaya dilancarkan, namun pada 685 Malayu telah jatuh di bawah kekuasaan Sriwijaya. Baca juga Menjejaki Peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Bukit Siguntang Dengan begitu, Selat Malaka pun jatuh ke tangan Sriwijaya. Kerajaan ini juga berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga hampir ke seluruh penjuru Asia Tenggara. Pajak Selat Malaka dan kejayaan Sriwijaya Dalam catatan I-Tsing disebutkan bahwa kesejahteraan rakyat Sriwijaya berada jauh di bawah Malayu. Namun sejak berhasil menguasai wilayah Selat Malaka, kehidupan perekonomian Kerajaan Sriwijaya mengalami peningkatan yang sangat pesat. Dalam masa kejayaannya, Sriwijaya memperkuat armada laut untuk menguasai alur pelayaran dan perdagangan. Mereka juga membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya. Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya juga melakukan pengawasan ketat pada kapal-kapal yang melewati wilayah kekuasaannya. Mereka memungut cukai yang tinggi dari para pedagang dan pelaut yang singgah serta berlayar di atas Selat Malaka. Pajak yang tinggi ini diperkirakan memicu pertikaian antara Sriwijaya dan Dinasti Cola. Serangan Dinasti Cola terhadap Sriwijaya pada tahun 1017 dan 1025 menjadi puncak dari pertikaian dua kerajaan ini. Serangan itu menuntun Sriwijaya pada masa keruntuhannya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram “ News Update”, caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
- Selat Malaka merupakan perairan di kawasan Asia Tenggaara yang menghubungkan jalur pelayaran antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Selat Malaka terletak di antara Pulau Sumatera dan Semenanjung Melayu, sehingga selat itu sebut sebagai jalur internasional. Hal tersebut lantaran, beberapa negara menggunakan jalur tersebut sebagai jalur perlintasan kapal pengangkut bahan bakar dan bahan industri berbagai negara, hingga beberapa negara bergantung pada keamanan dan keselamatan di Selat Malaka. Sejarah Selat Malaka Ada sekitar 400 pelabuhan dan 700 buah kapal yang bergantung pada Selat Malaka, karena jalur ini sudah menjadi jalur utama sejak masa awal peradaban manusia di Nusantara. Sejak dulu, Selat Malaka banyak digunakan pedagang-pedagang dari berbagai negara. Salah satunya, pedagang dari Tamil maupun India yang jumlahnya begitu besar. Baca juga Pengaruh Selat Malaka bagi Sriwijaya, Jalur Perdagangan yang Jadi Rebutan Sebagai penguasaan selat, Kerajaan Sriwijaya merasa berhak untuk menarik pajak dari pedagang-pedagang yang melintasi Selat Malaka. Merasa pajak yang ditarik begitu tinggi, para pedagang melaporkan pada raja Kerjaan Cola. Kemudian, Kerajaan Cola menyerang Sriwijaya dua kali, pada 1017 dan 1025. Dampaknya membuat Sriwijaya lemah dan berbagai pengusaan di Selat Malaka bergantian. Tak lama kemudian Sriwijaya runtuh, pelayaran perdagangan di Selat Malaka semakin ramai. Selat Malaka sudah menjadi jalur pelayaran dan perdagangan Internasional sejak Kerajaan Samudera Pasai. Bahkan sejak berabad-abad pertama masehi sudah dipergunakan sebagai jalur pelayaran antara India dan China Selatan serta bangsa-bangsa yang mendiami dataran Asia Tenggara, salah satunya di kepulauan Indonesia. Peranan Selat Malaka sebagai salah satu jalan sutera atau silk road semakin ramai dikenal berbagi bangsa di kawasan Asian Barat, Tenggara, dan Timur. Bahkan sampai negara-negara Eropa, walaupun belum secara langsung menggunakan jalur Selat Malaka. Baca juga Peranan Selat Malaka bagi Jalur Perdagangan Nama Selat Malaka berasal dari pelabuhan dagang Melaka sebelumnya Malaka yang penting pada abad ke-16 dan abad ke-17 di Melayu. Selat Malaka Pintu Gerbang Terpendek di Asia Pasifik Secara geografis, Selat Malaka berada di bawah kedaulatan tiga negara Asia, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Selat Malaka membentang sepanjang 805 km 500 mil dengan lebar 65 km 40 mil di sisi selatan dan melebar di sisi utara sekitar 250 km 155 mil. Selat ini juga terhubung dengan Selat Singapura yang memiliki panjang 60 mil. Selat Malaka di sebelah barat berbatasan dengan bagian utara Pulau Sumatera dan Lem Voalan yang merupakan bagian dari Goh Phuket, Thailand. Bagian timur berbatasan dengan Tanjung Piai di Malaysia dan Karimun, Indonesia. Bagian utara berbatasan dengan pantai Semenanjung Malaysia. Bagian selatan berbatasan dengan Tanjung Kedabu dan Karimun, Indonesia. Baca juga Mendagri Karang Singa dan Karang Selatan di Selat Malaka Jadi Batas Teritorial Indonesia Selat Malaka merupakan pintu gerbang utama yang strategis serta terpendek di kawasan Asia pasifik yang menghubungkan negara-negara Timur Tengah, Afrika maupuan Eropa. Jalur ini melalui Samudera Hindia dan Samudera Atlantik ke negara-negara Timur jauh melalui Laut Cina Selatan dan Samudera Pasifik. Karena itulah, Selat Malaka dikatakan sebagai salah satu selat internasional. Editor Ari Welianto Sumber dan
- Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha yang didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa pada abad ke-7. Kerajaan Sriwijaya terletak di tepian Sungai Musi, di daerah Palembang, Sumatera Selatan. Pada masanya, kerajaan maritim ini banyak memberi pengaruh di Sriwijaya mencapai puncak kejayaan ketika diperintah oleh Raja Balaputradewa, yang berkuasa pada abad ke-9. Pada masa kejayaannya, Sriwijaya mengontrol perdagangan di jalur utama Selat Malaka dan daerah kekuasaannya meliputi Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, dan sebagian Jawa. Selain itu, kebesarannya juga dapat dilihat dari keberhasilannya di beberapa bidang, seperti bidang maritim, politik, dan Bahasa Sanskerta, Sriwijaya berasal dari kata sri yang berarti cahaya dan wijaya yang artinya kemenangan. Jadi, arti Sriwijaya adalah kemenangan yang gemilang. Setelah beberapa abad berkuasa, Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada abad ke-11. Baca juga Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya Sejarah awal Kerajaan Sriwijaya Dari prasasti prasasti Kerajaan Sriwijaya, yaitu Prasasti Kota Kapur, diketahui bahwa kerajaan ini berdiri pada abad ke-7 dan pendirinya disebut Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
Peran kerajaan sriwijaya ialah menjadi bandar dagang terbesar diasia tenggara serta menjadi pusat penyebaran agama budha diasia tenggara. dengan menjadi kerajaan nasional terbesar menjadikan kerajaan sriwijaya menjadi negara maritim yang memiliki armada laut yang kuat dan menguasai jalur dan bandar dagang yang strategis
- Kerajaan Sriwijaya didirikan pada abad ke-7 dengan pusat pemerintahan berada di Palembang, Sumatera Selatan. Dari sumber-sumber sejarah berupa prasasti ataupun berita asing, Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim yang berkuasa atas jalur perdagangan di laut dan sungai. Perdagangan Kerajaan Sriwijaya yang sangat maju bukan hanya memberikan keuntungan, tetapi mendatangkan kekayaan yang membuat kerajaan ini disegani oleh bangsa mengapa perdagangan di Kerajaan Sriwijaya mengalami kemajuan yang sangat pesat? Baca juga Kejayaan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit sebagai Negara Maritim Letaknya strategis di tepi Selat Malaka Sebagai kerajaan maritim, kehidupan perekonomian Sriwijaya banyak bergantung dari pelayaran dan perdagangan di Kerajaan Sriwijaya mengalami kemajuan yang pesat terutama karena letaknya strategis di tepi Selat Malaka. Sumatera merupakan pulau di Indonesia bagian barat yang paling dekat letaknya dengan daratan Asia Tenggara. Di antara Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu, terdapat selat yang tidak begitu lebar, yakni Selat Malaka. Letak geografis Kerajaan Sriwijaya, yang berada di tepian Sungai Musi, di daerah Palembang, yang terbilang tidak terlalu jauh dari Selat Malaka, merupakan suatu faktor yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan dagang kerajaan. Meski pusat pemerintahannya tidak berada di tepi pantai dan agak masuk ke pedalaman, tetapi Sriwijaya tetap diuntungkan oleh keberadaan sungai yang alirannya langsung menuju ke muara laut.
jelaskan peranan kerajaan sriwijaya dan aktivitas perdagangan di selat malaka